Minggu, 15 November 2015

Intervieview kelompok : FGD & Konseling Interview

A.    INTERVIEW KELOMPOK : FGD (Focus Group Discussion)
1.      Pengertian Focus Group Discussion (FGD)
FGD atau Focus Group Discussion jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti Diskusi Kelompok Terarah. FGD biasa juga disebut  sebagai metode dan teknik dalam mengumpulkan data kualitiatif di mana sekelompok orang berdiskusi tentang suatu fokus masalah atau topic tertentu yang dipandu oleh seorang moderator.
Awalnya FGD merupakan metode dan teknik pengumpulan data yang dikembangkan dalam bidang pemasaran. FGD pada awalnya digunakan untuk mengetahui citra produk, desain produk, dan sebagainya.Dalam perkembangannya FGD mulai dikembangkan dalam bidang kedokteran dan ilmu-ilmu sosial.
2.      Karakteristik Focus Group Discussion (FGD)
Karakteristik atau ciri- ciri yang dimiliki oleh FGD, antara lain :
a.       FGD diikuti oleh para peserta yang idealnya terdiri dari 7-11 orang, hal ini ditujukan agar setiap individu mendapatkan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Peserta FGD lebih baik berjumlah ganjil karena jika dalam FGD sewaktu- waktu harus mengambil keputusan secara voting dapat mempermudah perhitungan.
b.      Peserta FGD terdiri dari orang-orang yang memiliki ciri-ciri homogen. Kesamaan ciri-ciri inti seperti persamaan gender tingkat pendidikan atau persamaan status lainya.
c.       FGD memiliki tujuan untuk menggali dan memperoleh beragam informasi tentang masalah atau topik tertentu.
d.      Metode FGD biasanya digunakan untuk pertanyaan terbuka yang memungkinkan peserta memberikan jawaban dengan penjelasan-penjelasan.
e.       Topik dalam FGD ditentukan terlebih dahulu oleh fasilitator. ?
f.       Waktu yang dibutuhkan untuk FGD berkisar antara 60-90 menit.
g.      FGD dilakukan tidak hanya satu kali, biasanya tergantung kebutuhan dilaksanakannya FGD. ?
h.      FGD sebaiknya dilaksanakan di ruang netral disesuaikan dengan pertimbangan bahwa peserta dapat secara bebas mengeluarkan pendapatnya. ?
3.      Kegunaan Focus Group Discussion (FGD)
Berikut merupakan beberapa kegunaan atau manfaat dari FGD/ Diskusi Kelompok Terarah, yaitu:
a.       Untuk merancang kuesioner survey.
b.      Untuk menggali informasi yang mendalam mengenai pengetahuan, sikap, dan presepsi. ?
c.       Untuk mengembangkan hipotesa penelitian. ?
d.      Untuk mengumpulkan data kualitatif dalam studi proses-proses penjajagan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauaan, dan evaluasi pembangunan. ?

4.      Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)
Ada beberapa tahapan atau langkah untuk melaksanakan FGD/ Diskusi Kelompok Terarah ini, yaitu sebagai berikut :
a.       Persiapan sebelum kegiatan FGD
·         Tim fasilitator harus datang tepat waktu. Fasilitator sebaiknya memulai komunikasi secara informal dengan peserta.
·         Tim fasilitator harus mempersiapkan ruangan sedemikian rupa dengan tujuan agar peserta dapat berpartisipasi secara optimal.
b.      Pembukaan FGD
·         Moderator hendaknya memulai dengan sambutan dan perkenalan.
·         Moderator menjelaskan tujuan diadakanya FGD.
·         Perkenalkan diri (nama masing-masing fasilitator dan peranannya masing-masing).
·         Jelaskan prosedur pertemuan.
·         Jelaskan bahwa pertemuan tidak ditujukan untuk mendengarkan ceramah fasilitator. Tekankan bahwa peserta harus mengeluarkan pendapat.
·         Mulai pertemuan dengan mengajukan pertanyaan yang tidak besangkutan dengan topik diskusi. Baru kemuduian memandu pertanyaan dengan menggunakan acuan panduan yang sudah disediakan.


c.       Penutupan FGD
·         Untuk menutup pertemuan FGD , jelaskan bahwa topic FGD akan segera selesai dan pemandu memberi kesimpulan mengenai hasil FGD. ?
·         Menjelang pertemuan benar-benar ditutup, sampaikan ucapan terima kasih pada peserta.

B.     THE COUNSELING INTERVIEW
Wawancara konseling bisa terbilang merupakan wawancara yang paling sensitive, karena melibatkan seseorang yang tidak bisa menangani masalahnya sendiri, atau ketika konselor memutuskan untuk membantu. Masalah yang diceritakan dalam wawancara konseling ini juga bersifat personal, seperti hal finansial, intimasi, stabilitas emosi, kesehatan, penggunaan obat-obatan/alkohol, pernikahan, moral, hasil kerja, dsb. ?  Wawancara konseling sudah mencapai tahap tertinggi dari kepercayaan dan keterbukaan, jika si interviewee mengerti masalahnya dan mencari tahu bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.
6 tahap proses konselor dalam membantu interviewee mengerti dan menyelesaikan masalah mereka:
1.      Mempersiapkan wawancara konseling
2.      Membuat struktur wawancara
3.      Membuat suasana dan intonasi yang benar/pantas
4.      Memimpin wawancara
5.      Menutup wawancara
6.      Evaluasi wawancara

1.      Mempersiapkan Wawancara Konseling
·         Menganalisis diri (konselor/interviewer)
Pertama, nilai karakteristik personalmu untuk memulai analisis diri. Jadilah orang dengan pikiran terbuka, optimis, serius, relaks, dan sabar. Jangan argumentative atau defensif ketika tidak dibutuhkan. Studi menunjukkan bahwa konselor mempunyai kredibilitas yang tinggi dengan kliennya jika mereka membagikan kepercayaan mereka dalam menanggapi masalah si klien.
Sebagai konselor/interviewer, jangan mendominasi interaksi interpersonal, harus memiliki keinginan yang tulus untuk membantu interviewee. You must be people-oriented, rather than problem-oriented. ?
Interviewer harus imajinatif, bisa menganalisis, dan teratur. Bisa belajar cepat dan mengulang informasi dengan benar dan komplit. Bisa berkomunikasi dengan menjadi pendengar yang baik (untuk menegrti, empati, mengevaluasi, dan memberi resolusi), dan berkemampuan dalam berkomunikasi verbal maupun nonverbal. Bisa nyaman dengan orang yang mengakui/ menceritakan masalah mereka yang memalukan dan sangat personal.
Jangan mencoba menangani situasi konseling jika kamu belum berpengalaman atau belum mengikuti pelatihan. Siapkan dirimu untuk menjadi interviewer dengan membaca dan mengambil kursus dan seminar tentang konseling.
·         Menganalisis orang lain: interviewee
Review hal-hal yang kamu tahu tentang si interviewee: etnis, pendidikan, pengalaman kerja, penghargaan akadamik, latar belakang keluarga, anggota kelompok apa, kesehatan fisik dan sejarah psikologisnya, hasil tes, sesi konseling sebelumnya, dan informasi tentang masalah-masalah di masa lampau dan solusinya. Berbicara dengan orang-orang lain tentang si interviewee.
Bagaimanapun, ketika kamu tahu informasi-informasi tentang interviewee, itu bisa saja memengaruhi sikapmu kepada si interviewee tersebut. Tetap cari informasi dan mempunyai banyak informasi, dan tetap mempunyai pikiran yang terbuka. (be informed, but keep an open mind).
Jika kamu tahu apa prioritas dari interviewee tersebut, maka kamu akan mempunyai cara yang lebih baik untuk mengantisipasi dan merespon secara efektif terhadap pertanyaan-pertanyaan dan komentar dari si interviewee.




·         Menetapkan Pendekatan Wawancara
a.       Directive Approach (Pendekatan Langsung)
Pada pendekatan direktif ini, pewawancara (interviewer) mengatur susunan wawancara, pokok pembahasan, laju interaksi, dan waktu wawancara. Pewawancara (interviewer) mengumpulkan dan memberikan informasi, menjelaskan suatu masalah, memberikan saran dan solusi yang evaluative, serta memberi arahan untuk melakukan tindakan. Singkatnya, pewawancara yang menggunakan metode ini, memberikan arahan untuk melakukan tindakan (intervensi) seperti seorang konsultan yang sudah ahli. Orang yang diwawancarai (interviewee) juga terlibat dalam interaksi, tidak hanya sebagai tokoh yang hanya menerima masukan saja. Pendekatan secara langsung ini, berdasar pada asumsi bahwa pewawancara lebih mengetahui mengenai permasalah yang terjadi daripada interviewee. Dengan asumsi seperti ini, pewawancara dapat lebih mudah untuk menganalisa permasalahan yang dialami klien dan dapat merekomendasikan solusi.
b.      Nondirective Approach (Pendekatan Tidak Langsung)
Pada pendekatan secara tidak langusung ini, orang yang diwawancarai (interviewee) yang mengatur susunan wawancara, menentukan topic yang akan dibahas, kapan dan bagaimana wawancara akan berlangsung, dan panjang atau tidaknya waktu wawancara. Pewawancara (interviewer) berperan pasif dan sebagai pembantu, bukan sebagai seorang penasihat yang ahli. Pewawancara (interviewer) membantu interviewee untuk mengumpulkan informasi, memperluas sudut pandang, menjelaskan masalah, memberikan solusi, dan membuat keputusan yang tepat. Pewawancara (interviewer) mendengarkan, mengamati, dan memberi saran namun bersifat tidak memaksa. Pendekatan secara tidak langsung, berdasar pada asumsi bahwa interviewee lebih mampu daripada pewawancara (interviewer) dalam menjelaskan masalah, memberi solusi, dalam membuat keputusan yang tepat. Interviewee harus mengimplementasikan rekomendasi dan solusi tersebut. Keakuratan asumsi ini sama pada pendekatan langsung, yaitu tergantung pada pewawancara, interviewee, dan situasi. ?
Masalah yang ada pada interviewee bukan karena kurangnya informasi atau kesalahan informasi namun, karena ketidakmampuan interviewee untuk memvisualisasikan sebuah masalah atau dalam membuat keputusan. Sebagai pewawancara, harus bersikap objektif, dan netral, memperlihatkan pro dan kontra terhadap suatu masalah.
c.                   Combination Approach (Pendekatan Kombinasi)
Pada beberapa wawancara dalam konseling, penting juga sewaktu- waktu menggunakan kombinasi antara pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Sebagai permulaan untuk melakukan wawancara baik untuk menggunakan pendekatan secara tidak langsung untuk mendorong responden mengungkapkan masalahnya. Kemudian dapat diganti dengan pendekatan secara langsung dalam memberikan solusi dan apa yang haru dilakukan. Pendekatan secara langsung baik digunakan untuk mengumpulkan fakta, memberikan informasi, dan melakukan diagnose, sedangkan pendekatan tidak langsung dilakukan agar responden mau terbuka, dan memberikan informasi. Kesulitan dalam melakukan pendekatan kombinasi ini yaitu, bagaimana menentukan pendekatan mana yang sesuai dengan situasi yang sedang terjadi.
2.      Struktur Wawancara
Tidak ada ketentuan khusus dalam  struktur wawancara, namun ada situasi- situasi dimana dapat dikelompokkan untuk menentukan kapan harus menggunakan pendekatan secara langsung maupun tidak langsung. Berikut fase dari wawancara konseling :
Afektif
Kognitif
Fase 1. Menetapkan suasana yang mendukung
a.                   Kontak langsung
b.                  Menetapkan peraturan
c.                   Mengembangkan relasi
Fase 2. Penilaian masalah
a.                   Menerima informasi
b.                  Menggali informasi
c.                   Mengemukakan informasi
d.                  Menanyakan informasi
Fase 3. Integrasi yang mempengaruhi ?
a.                   Menerima perasaan
b.                  Berani mengungkapkan      perasaan
c.                   Menggambarkan perasaan
d.                  Menanyakan keadaan
e.                   Menghubungkan perasaan dengan konsekuensi
Fase 4. Pemecahan masalah
a.                   Menjelaskan informasi
b.                  Membuat alternative
c.                   Membuat keputusan
d.                  Mengemukakan cara

Fase afektif atau yang melibatkan perasaan atau kondisi emosi,  yakni kepercayaan interviewee kepada interviewer, pendekatan secara tidak langsung biasanya sesuai untuk fase ini. Fase kognitif, yang melibatkan apa permasalahan yang terjadi dan apa yang harus dilakukan, pendekatan secara langsung atau pendekatan kombinasi biasanya sesuai pada fase ini.
3.      Menciptakan Suasana dan Menggunakan Intonasi yang Sesuai
Menciptakan suasana dan menggunakan intonasi yang sesuai saat melakukan konseling dapat mempengaruhi tingkat komunikasi, untuk interviewee dapat lebih terbuka untuk memberikan informasi.
a.                  The Setting
Menciptakan suasana yang kondusif, agar konseling berjalan baik seperti suasana yang tenang, nyaman, lokasi pribadi, bebas gangguan. Apabila memungkinkan, atur posisi duduk sehingga pewawancara (interviewer) dan interviewee mudah untuk berkomunikasi dengan bebas. Penelitian mengungkapkan bahwa situasi adalah hal yang penting untuk menentukan kedekatan. Jarak antara interviewer dan interviewee dikondisikan tidak terlalu dekat maupun jauhyakni 3,5 kaki. Pewawancara berada di belakang meja membuat interviewee merasa tidak nyaman dan terganggu, karena interviewer seperti yang berkuasa. Lebih baik, posisi duduk berada saling berhadapan tanpa ada penghalang sehingga juga tidak ada anggapan ada yang lebih berkuasa.
b.                  The Opening (Pembukaan)
Menit pertama dalam sesi konsultasi  adalah mengatur  pembicaraan  untuk mengingatkan.  Menyapa responden dengan sikap bersahabat dan tulus. Tunjukkan bahwa anda ingin ikut serta untuk  membantu. Jangan merendahkan atau mengatur.  Hilangkan rasa frustasi atau pun kejengkelan. Terima orang yang anda wawancara sebagai dirinya dan coba untuk mengerti  dunia klien. Jangan coba menebak – nebak alasan responden membuat janji atau berkunjung.  Hindari kecanggungan dan semua reaksi yang terlalu umum dalam interaksi  dengan anggota keluarga, anak, teman, dan asosiasi.
Wawancara konsultasi mungkn memerlukan waktu panjang untuk pengenalan  dan membangun hubungan kerja.  Ini merupakan sejarah hubungan yang mungkin positif atau negatif karena kedua belah pihak memonitor interaksi sebelumnya dan memasuki perubahan  dengan ekspetasi tinggi atau rendah. Wawancara konsultasi lebih sering menakutkan daripada interaksi lainnya. ? Dalam sebuah tahap kestabilan,  saat anda membangun perasaan baik dengan responden adalah kesempatan menunjukkan perhatian, ketertarikan, keadilan, keinginan untuk mendengar dan kemampuan untuk memelihara percaya diri. Ketika kestabilan dan orientasi lengkap, biarkan responden memulai dengan hal yang terlihat untuk menjadi sesuatu yang menarik atau perhatian. ? Ini merupakan langkah awal ke depan  yang tepat untuk menjelaskan lingkungan  dari asal masalah yang dihadapi responden atau mengatasi masalah.
Pengungkapan kepercayaan, sikap, perhatian, dan perasaan menentukan kesuksesan wawancara konsultasi  dan faktor utama dalam keputusan responden untuk mencari  atau tidak mencari bantuan. Suasana kondusif untuk pengungkapan dimulai sejak menit –menit pembukaan dari interaksi . Selama tahap awal ini, fokus perhatian terletak pada kekuatan ? daripada kelemahan dan kegagalan dan pada hal yang lebih membutuhkan perhatian.  Pendekatan  ini meningkatkan keahlian dan perasaan yang terlindungi untuk pengungkapan kepercayaan, sikap, dan perasaan dengan responden.
Jika melakukan sesi konsultasi, nyatakan secara jelas dan jujur hal yang ingin dibicarakan.  Jika terdapat jumlah waktu yang khusus  dialokasikan untuk wawancara buat hal ini dimengerti. Responden akan lebih mudah mengetahui berapa lama waktu  yang tersedia. Kulaitas adalah hal yang penting daripada jumlah waktu yang dihabiskan dengan responden . Pakaian dan peran perilaku yang signifikan memengaruhi persepsi responden atau sikap atraktif  dan tingkat daari keahlian dan menentukan seberapa dekat orang ter sebut akan tertarik kepada anda dan tingkat pengungkapan dirinya. ?
Walaupun akan memainkan banyak peran dalam setiap wawancara konsultasi ada empat dominasi. ?
4.      Memimpin Wawancara
a.       Mendengarkan
Mendengarkan adalah keahlian yang sangat penting untuk dikuasai. Seorang pewawancara harus fokus terhadap masalah interviewee. Hindari mendengarkan dengan evaluasi yang menilai dan mungkn mengkritisi. Untuk mengatasi sumber permasalahan anda harus memerikan perhatian penuh terhadap perkataan narasumber dan implikasi mereka serta hal yang secara sengaja atau tidak sengaja untuk tidak disebutkan. Bersikaplah tulus, tertarik dalam mendengarkan perkataan interviewee.
Jangan mengambil alih percakapan. Hati-hati dengan penyisipan pendapat pribadi, pengalaman, atau masalah. Jika interviewee bicara pada beberapa waktu jangan bicara untuk mengisi kekosongan. Gunakan kehampaan dengan memberanikan interviewee untuk melanjutkan pembicaraannya. Rebecca Leonar menyarankan beberapa perilaku non verbal mengkomunikasikan keinginan untuk mendengarkan.
b.      Observasi ?
Observasi ini menyediakan petunjuk tentang kseriusan masalah dan pikiran interviewee. Jawaban menipu mungkin lebih lama, lebih ragu-ragu, dan terkarakterisasi dengan rehat yang lama. Jika anda akan mencatat  atau merekam wawancara, jelaskan alasannya dan berhenti jika anda mendeteksi aktivitas tersebut merugikan.  
c.       Pertanyaan
Pertanyaan memainkan peran penting dalam wawancara konsultasi, akan tetapi pertanyaan yang banyak merupakan kesalahan utama. Pertanyaan terbuka memberanikan interviewee untuk mengatakan dan mengekspresikan emosi. Keduanya sangat penting untuk membangun keberanian, merefleksi, dan menanyakan tentang pertanyaan responden. ? Ajukan pertanyaan pada satu waktu karena pertanyaan berlaras dua menghasilkan jawaban ambigu.
d.      Merespons
Merespons pertanyaan yang sesuai pertanyaan sulit, merespon pertanyaan tergantung dari individu. Ada 4 jenis reaksi dalam merespons pertanyaan
1.      Reaksi sangat tidak langsung dan responnya
Reaksi sangat tidak langsung dan respons mendorong interviewee untuk melanjutkan komentar, menganalisis ide dan solusi, dan mandiri. Tetap diam untuk memberanikan interviewee melanjutkan atau menjawab pertanyaan mereka. 
2.      Reaksi tidak langsung dan responnya
Reaksi tidak langsung dan responnya menginformasikan dan memberanikan dengan tidak adanya pengenaan. Jadilah orang yang memberi informasi dibandingkan menjadi seorang yang membujuk.
3.      Reaksi langsung dan responnya.
Reaksi langsung dan responnya bergerak melebihi keberanian dan informasi tentang evaluasi atau penilaian. Respon langsung menyarankan dan mengevaluasi.
4.      Reaksi sangat langsung dan responnya
Reaksi sangat langsung dan responnya digunakan pada setiap keadaan khusus. Saran dan nasihat ringan digantikan dengan saran dan nasihat yang kuat. ?  Dalam reaksi sangat langsung jadilah orang yang membantu, perubahan harus dating dari responden.



5.      Menutup Wawancara
Menutup wawancara merupakan hal vital untuk kesuksesan semua interaksi. Ada beberapa panduan untuk menutup wawancara konseling. Praktisnya, interviewer dan interviewee harus tahu kapan waktu yang tepat untuk menutup wawancara tersebut. Jangan memulai topic ketika wawancara sudah hampir mencapai pada tahap akhir. Bersikaplah dengan baik, tulus, dan jujur ketika ingin menutup wawancara.
6.      Evaluasi Wawancara
Berpikirlah secara kritis dan hati-hati tentang wawancra konseling yang Anda lakukan. Hanya dengan analisis yang baik Anda dapat meningkatkan bantuan. Jadilah realistis karena tidak ada jaminan untuk menyelesaikan wawancara konseling tersebut. Setidaknya ada masalah serius dan mungkin tidak diketahui. Biasanya pria sangat susah untuk mengekspresikan perasaan dan emosi. Ingatlah bila persepsimu tentang bagaimana wawancara berlangsung dan bagaimana interviewee bereaksi mungkin bisa melebih-lebihkan atau melakukan kesalahan. Anda akan terkejut untuk kesuksesan Anda dan kegagalan anda dalam mencoba untuk menolong orang lain.

C.    KESIMPULAN

Saat wawancara konseling bila Anda mencoba menolong seseorang mendapatkan pengetahuan dalam fisik, mental, emosi, atau masalah sosial dan menemukan jalan keluarnya. Wawancara konseling bisa jadi sangat sensitif karena biasanya tidak akan terjadi sampai seseorang merasa tidak mampu untuk menangani masalah atau konselor memutuskan membantu memberikan bantuan. Persiapan membantumu untuk menentukan bagaimana cara mendengar, bertanya, menjelaskan, menjawab, dan berhubungan dengan interviewee . tidak ada wawancara yang identik. Demikian, banyak sugesti tapi beberapa peraturan mampu untuk memilih wawancara, tipe respon, pertanyaan, dan struktur.

DAFTAR PUSTAKA
Stewart, Charles. J., & William B. Cash, Jr. (2012). Interviu prinsip dan praktik edisi 13. Jakarta: Salemba Humanika
Indrizal, Edi.( tth). Jurnal Psikologi : Diskusi Kelompok Terarah Fokus Group Discussion (Prinsip-prinsip dan Langkah Pelaksanaan Lapangan). Padang : Universitas Andalas 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar