PENGALAMAN BERMAKNA
Nama
saya adalah Pinta Detiny Sianturi.Ketika saya SMP saya sangat banyak berteman
dengan laki-laki. Saat itu saya sudah kelas 3. Saya merasa bahwa teman
laki-laki saya adalah teman yang sebenarnya. Dibandingkan berteman dengan
perempuan yang suka cari musuh dan gosipin orang. Saya saat kelas 3 berada di
kelas yang sama dengan genk cewek-cewek centil. Di dalam pikiran saya bahwa
cewek-cewek tersebut adalah cewek yang keluarganya berantakan dan anak-anak
yang tidak beres dan mereka adalah cewek yang genit kepada laki-laki.. Jika
bertemu dengan mereka saya lebih memilih menjauh dan tidak mau mencari masalah
kepada mereka. Tetapi semakin lama saya semakin kesal dengan tingkah laku
mereka yang semakin sok-sok menguasai kelas. Dan semakin lama saya semakin
kesal dengan tingkah laku mereka . Sehingga saya mulai mengejek-ejek mereka di
depan teman-teman saya yaitu dengan mengatakan mereka cewek yang tidak beres.
Keseharian mereka di kelas jiak tidak ada guru yaitu berkaca, memakai bedak,
dan kebiasaan setiap hari adalah membicaraain orang lain. Saya mengatakan
kejelekan-kejelekan mereka kepada teman-teman saya. Sehingga saya selalu
membuli geng cewek tersebut bersama teman-teman saya. Banyak teman-teman saya
yang ikut-ikutan menjelek-jelekkan dia dengan mengatakan mereka adalah cewek
yang gak benar. Dan selama di kelas saya tidak mau bercakapan dengan genk
mereka begitupun dengan teman-teman saya terhadap mereka .
Sampai suatu saat saya satu kelompok
geografi dengan mereka, di saat itu saya merasa kesal sekali dan sampai
berpikir untuk tidak mengerjakan tugas tersebut. Tetapi saya nanti tidak dapat
nilai dari guru sehingga saya terpaksa bekerja sama dengan mereka . selama
mengerjakan tugas tersebut bersama mereka, saya kaget karena mereka adalah
kelompok yang kompak dan saling perhatiaan satu sama lain.Di situ saya merasa
bersalah telah menganggap mereka cewek yang tidak benar.
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Stereotipe
Istilah stereotype pertama
kali diperkenalkan oleh Jumalis Walter Lippmann (1992). Ia menggambarkan stereotype
sebagai "The little pictures we carry around inside our head",
dimana gambaran-gambaran tersebut merupakan skema mengenai kelompok. Budaya
atau kelompok tertentu dapat digambarkan dengan ciri-ciri yang sama.
1)
Beberapa
defenisi stereotipe :
a. Streotype
atau streotip adalah keyakinan mengenai atribut kepribadian dari satu kelompok
atau orang-orang. Sterotip terkadang terlalu digeneralisasi, tidak akurat dan
resistensi terhadap informasi baru (Myers,
2012).
b. Stereotipe
adalah keyakinan
tentang atribut personal yang dimiliki oleh orang-orang dalam suatu kelompok
tertentu atau kategori sosial
tertentu. (Taylor, Shelley E. dkk. 2012)
c. stereotipe
didefinisikan sebagai keyakinan
tentang karakteristik seseorang (ciri kepribadian, perilaku, nilai pribadi)
yang diterima sebagai suatu kebenaran kelompok sosial. (Manstead dan Hewstone,
1996)
Stereotip adalah proses kognitif,
bukan emosional. Stereotip tidak selalu mengarah pada tindakan yang sengaja
dilakukan untuk melecehkan. Seringkali stereotip hanyalah sebuah teknik yang
kita gunakan untuk menyederhanakan dalam melihat dunia. Namun bagaimanapun
juga, stereotipe tidak boleh membutakan manusia dalam melihat
perbedaan-perbedaan individual yang ada, karena bila demikian bersifat
maladaptif, tidak adil, dan berpotensial untuk menjadi sesuatu yang melecehkan.
2)
Ciri-ciri
Stereotipe :
·
Stereotip didasarkan pada penafsiran yang dihasilkan
atas dasar cara pandang dan latar belakang budaya. Stereotip juga dihasilkan
dari komunikasi dengan pihak-pihak lain.
·
Stereotip seringkali diasosiasikan dengan karakteristik
yang bisa diidentifikasi.
·
Stereotip merupakan generalisasi dari kelompok kepada
orang-orang di dalam kelompok tersebut.
3)
Jenis-jenis
Sterotipe :
Menurut
Baron & Byrne (1977) stereotipe banyak dikenakan kepada kelompok ras,
etnis, ataupun agama. Warnaen (1979) mengelompokan setidaknya 2 macam
stereotipe :
a.
Stereotipe
peranan yaitu kepercayaan yang bertahun dan mengkonsepsi tentang orang-orang
yang mempunyai peranan tertentu, misalnya stereotipe polisi dan lain-lain.
b.
Stereotipe
etnis yaitu kepercayaan yang bertahan dan mengkonsepsi tentang orang-orang dari
golongan etnis tertentu.
4)
Dimensi
Stereotipe
Dalam konteks Komunikasi
Antar Budaya, stereotip juga bervariasi dalam beberapa dimensi,antara lain :
1.
Dimensi arah:
tanggapan bersifat positif atau negatif;
2.
Dimensi
intensitas: seberapa jauh seseorang percaya pada stereotip yang dipercayai;
3.
Dimensi
keakuratan: seberapa tepat suatu stereotip dengan kenyataan yang biasa
ditemui;
4. Dimensi isi:
sifat-sifat khusus yang diterapkan pada kelompok tertentu.
2. Prasangka
Prasangka
adalah sikap yang negatif terhadap kelompok tertentu atau seseorang,
semata-mata karena keanggotaanya dalam kelompok tertentu (Baron &
Byrne,1994). Prasangka ini menurut sebagian penulis timbul karena penilaian
yang tidak berdasar (unjustified) dan pengambilan sikap sebelum menilai dengan
cermat, sehingga terjadi penyimpangan pandangan (bias) dari kenyataan yang
sesungguhnya. Prasangka adalah problem psikologi sosial karena yang utama dari
sikap ini adalah dampaknya pada hubungan antar pribadi atau antarkelompok
(Brown,1995). Dampak yang negatif ini timbul karena adanya stereotipe
(sifat-sifat yang khas yang seakan-akan menempel pada kelompok) yang diberikan
kepada kelompok. Sesuai dengan prinsip heuristics,
stereotip ini bermanfaat untuk mengefisienkan proses di dalam kognisi
seseorang, shingga ia tidak perlu lagi berpikir terlalu sulit dan lama sebelum
bereaksi terhadap orang lain atau kelompok lain.
Dari
psikologi kognitif, stereotip ini timbul karena manusia membentuk skema atau
kategori dalam kognisinya dan sekali skema itu terbentuk, orang cenderung hanya
menerima informasi yang sesuai dengan skema itu (O’Sullivan & Durso,1984)
dan menolak yang tidak sesuai ( Evans & Tayler,1986).
Ø
Ciri
– ciri Prasangka :
Ciri-ciri prasangka sosial menurut Brigham (1991) dapat
dilihat dari :
1.
kecenderungan individu untuk membuat kategori sosial (social
categorization).
2.
Kategori sosial adalah kecenderungan untuk membagi dunia
sosial menjadi dua kelompok, yaitu “kelompok kita” (in group) dan “kelompok
mereka” (out group).
Ø Faktor yang Menyebabkan Prasangka
Prasangka disebabkan
oleh beberapa faktor, yang menurut Johnson (1986) disebabkan oleh empat hal,
antara lain:
·
Gambaran perbedaan antar kelompok.
·
Nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
kelompok mayoritas menguasai kelompok minoritas.
·
Stereotip antarkelompok.
·
Kelompok yang merasa superior sehingga
merasa kelompok lain inferior
Ø Sumber – sumber Penyebab Prasangka :
Menurut Alo Liweri (2005) sumber penyebab prasangka
secara umum dapat dilihat berdasarkan tiga pandangan, yaitu :
1)
Prasangka
Sosial :
§
Ketidaksetaraan
sosial, ketidaksetaraan sosial ini dapat berasal dari ketidaksetaraan status
dan prasangka merupakan kesenjangan atau perbedaan yang mengiring ke arah
prasangka negative.
§
Identitas
Sosial merupakan bagian untuk menjawab siapa aku? Yang dapat dijawab bila kita
memiliki keanggotan dalam sebuah kelompok.
§
Konformitas,
menurut penelitian bahwa orang yang melakukan konformitas memiliki tingkat prasangka
yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak ada berkonformitas.
2)
Prasangka
secara emosional :
§
Frustasi
dan Agresi rasa sakit sering membangkitkan pertikaian
§
Kepribadian
yang dinamis status
§
Kepribadian
otoriter
3)
Prasangka
kognitif :
Sumber
prasangka kognitif dapat dilihat dari kategorisasi merupakan salah satu cara
untuk menyederhanakan lingkungan kita, yaitu dengan mengelompokan objek
berdasarkan kategorinya.Biasanya individu di kategorikan berdasarkan jenis
kelamin dan etnik.
Ø
Komponen
Prasangka :
·
Afeksi : terwujud pada perasaan tidak suka
terhadap objek prasangka.
·
Kognisi : terwujud
pada penilaian yg negatif terhadap objek prasangka .
·
Perilaku : terwujud
pada predisposisi untuk bereaksi atau berperilaku negatif
terhadap objek prasangka.
Ø
Bentuk
– bentuk Prasangka :
a)
Antikolisis
:berupa gossip/humor yang dimaksudkan untuk mengejek atau menyindir orang-orang
yang menjadi objek prasangka.
b)
Avoidance
: jika prasangka lebih intens maka individu yang berprasangka akan menghindari
objek prasangka.
c)
Diskriminasi
: individu yang berprasangka membuat perbedaan yang tegas dalam memperlakukan
kelompok-kelompok orang yang disukainya dan orang-orang yang tidak disukainya
dalam komunitas tertentu.
d)
Serangan
fisik : dalam kondisi emosi yang sangat
tinggi orang-orang yang memiliki prasangka bisa melakukan serangan atau
kekerasan fisik baik langsung maupun tidak langsung.
Cara mengurangi
Prasangka :
§
Peneliti
menempatkan dua kubu yang bersaing dalam suatu keadaan yang membuat mereka
saling tergantung satu sama lain (mutual interdependence) untuk mencapai
tujuan tertentu .
§
Ketika
status individu berbeda, interaksi atau kontak dapat berujung pada pola stereotype
yang ada, seperti ketika bos berbicara pada pegawainya, maka sang bos akan
berperilaku sesuai stereotip umum mengenai bos. Pada intinya, kontak seharusnya
membuat orang belajar bahwa stereotype (khususnya stereotype negatif)
mereka salah. Dengan kesetaraan status antar individu. tidak ada yang lebih
berkuasa dibandingkan siapapun, dan prejudice pun dapat tereduksi (berkurang).
§
Menempatkan
dua kelompok yang berbeda dalam satu ruangan tidak dapat dengan mudah
mengurangi prejudice karena masing-masing individu akan tetap terfokus
pada kelompoknya. Individu dapat lebih mengenal dan memahami individu lainnya
jika berada dalam keadaan one-to-one basis, dimana interaksi yang
dilakukan lebih bersifat interpersonal. Melalui interaksi bersahabat dan
informal dengan beberapa anggota out-group, individu dapat lebih
memahami bahwa stereotip yang dipercayainya ternyata salah.
3. Diskriminasi
Beberapa pengertian dari
Diskriminasi :
O Diskriminasi merupakan perilaku
negatif yang tidak pada tempatnya kepada suatu kelompok dan anggota kelompoknya
(Myers,
2012).
O Diskriminasi
adalah komponen behavioral dari antagonism kelompok.
O Diskriminasi
menurut Sears, Freedman & Peplau (1999) adalah perilaku menerima atau menolak seseorang semata-mata berdasarkan keanggotaannya dalam kelompok.
O Amanda
G. (2009) juga mengemukakan definisi diskriminasi sebagai sebuah tindakan nyata
oleh mereka yang memiliki sikap prasangka sangat kuat akibat tekanan tertentu,
atau tindakan yang berbeda dan kurang bersahabat
dari kelompok dominan atau para anggotanya terhadap anggota kelompok subordinasinya
Bentuk- bentuk Dikriminasi,yaitu
:
·
Rasisme
·
Seksisme
·
Diskriminasi
langsungàterjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan
jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan
menghambat adanya peluang yang sama.
·
Diskriminasi
tidak langsungà terjadi saat peraturan yang
bersifat netral menjadi
diskriminatif saat diterapkan di lapangan
PEMBAHASAN
Dari pengalaman saya waktu SMP saya merasakan
bahwa saya telah melakukan tindakan yang berhubungan dengan stereotip,
prasangka, dan diskriminasi. Dimana karena genk tersebut berdandan saya
mengambil kesimpulan bahwa mereka adalah cewek yang tidak benar dan berantakan
di keluarganya.. Dan tidak sampai disitu saja saya mengejek-mengejek mereka
kepada teman-teman saya. Dan membuat teman-teman saya juga membenci mereka. Kebencian
saya semakin besar kepada mereka sehingga saya tidak pernah berbicara kepada
mereka dan selalu menunjukkan wajah sinis kepada mereka. Begitupun dengan
teman-teman saya. Saya dan teman-teman saya tidak pernah berbicara dan tempat
duduk kami pun kami jauhkan dari genk cewek tersebut. Sehingga saya telah
melakukan tindakan yang buruk dari stereotip saya tersebut.
KESIMPULAN
Stereotipe yang kita tujukan kepada orang lain
jangan berlebihan karena akan berdampak pada sikap dan tingkah laku kita
terhadap kelompok tersebut. Seperti pengalaman saya tersebut stereotip yang
saya tujukan kepada genk cewek tersebut yang terlalu berlebihan sampai saya
bawa pada sikap dan tingkah laku saya. Hal itu dapat terjadi karena stereotip
negative yang terlalu berlebihan yang dapat berpengaruh pada sikap dan tingkah
laku kita. Jadi dapat disimpulkan bahwa stereotip dapat mempengaruhi tingkah
laku kita dan dapat disimpulkan bahwa stereotip, prasangka, dan diskriminasi
itu saling berhubungan.
REFERENSI
Sarwono,Sarlito
Wirawan.1997. Psikologi Sosial.Jakarta
: PT Balai Pustaka (Persero).
Gerungan,W
A.1988.Psikologi Sosial.Bandung : PT
Eresco.
Baron,Roberto
A dan Donn Byrne.2004.Psikologi Sosial Jld 1.Jakarta :
Erlangga.