Senin, 26 Oktober 2015

Pengalaman Bermakna


PENGALAMAN BERMAKNA


            Nama saya adalah Pinta Detiny Sianturi.Ketika saya SMP saya sangat banyak berteman dengan laki-laki. Saat itu saya sudah kelas 3. Saya merasa bahwa teman laki-laki saya adalah teman yang sebenarnya. Dibandingkan berteman dengan perempuan yang suka cari musuh dan gosipin orang. Saya saat kelas 3 berada di kelas yang sama dengan genk cewek-cewek centil. Di dalam pikiran saya bahwa cewek-cewek tersebut adalah cewek yang keluarganya berantakan dan anak-anak yang tidak beres dan mereka adalah cewek yang genit kepada laki-laki.. Jika bertemu dengan mereka saya lebih memilih menjauh dan tidak mau mencari masalah kepada mereka. Tetapi semakin lama saya semakin kesal dengan tingkah laku mereka yang semakin sok-sok menguasai kelas. Dan semakin lama saya semakin kesal dengan tingkah laku mereka . Sehingga saya mulai mengejek-ejek mereka di depan teman-teman saya yaitu dengan mengatakan mereka cewek yang tidak beres. Keseharian mereka di kelas jiak tidak ada guru yaitu berkaca, memakai bedak, dan kebiasaan setiap hari adalah membicaraain orang lain. Saya mengatakan kejelekan-kejelekan mereka kepada teman-teman saya. Sehingga saya selalu membuli geng cewek tersebut bersama teman-teman saya. Banyak teman-teman saya yang ikut-ikutan menjelek-jelekkan dia dengan mengatakan mereka adalah cewek yang gak benar. Dan selama di kelas saya tidak mau bercakapan dengan genk mereka begitupun dengan teman-teman saya terhadap mereka .
            Sampai suatu saat saya satu kelompok geografi dengan mereka, di saat itu saya merasa kesal sekali dan sampai berpikir untuk tidak mengerjakan tugas tersebut. Tetapi saya nanti tidak dapat nilai dari guru sehingga saya terpaksa bekerja sama dengan mereka . selama mengerjakan tugas tersebut bersama mereka, saya kaget karena mereka adalah kelompok yang kompak dan saling perhatiaan satu sama lain.Di situ saya merasa bersalah telah menganggap mereka cewek yang tidak benar.

TINJAUAN PUSTAKA

1.      Stereotipe
Istilah stereotype pertama kali diperkenalkan oleh Jumalis Walter Lippmann (1992). Ia menggambarkan stereotype sebagai "The little pictures we carry around inside our head", dimana gambaran-gambaran tersebut merupakan skema mengenai kelompok. Budaya atau kelompok tertentu dapat digambarkan dengan ciri-ciri yang sama.
1)      Beberapa defenisi stereotipe :

a.      Streotype atau streotip adalah keyakinan mengenai atribut kepribadian dari satu kelompok atau orang-orang. Sterotip terkadang terlalu digeneralisasi, tidak akurat dan resistensi terhadap informasi baru (Myers, 2012).
b.      Stereotipe adalah keyakinan tentang atribut personal yang dimiliki oleh orang-orang dalam suatu kelompok tertentu atau kategori sosial tertentu.  (Taylor, Shelley E. dkk. 2012)
c.       stereotipe didefinisikan sebagai keyakinan tentang karakteristik seseorang (ciri kepribadian, perilaku, nilai pribadi) yang diterima sebagai suatu kebenaran kelompok sosial. (Manstead dan Hewstone, 1996)
Stereotip adalah proses kognitif, bukan emosional. Stereotip tidak selalu mengarah pada tindakan yang sengaja dilakukan untuk melecehkan. Seringkali stereotip hanyalah sebuah teknik yang kita gunakan untuk menyederhanakan dalam melihat dunia. Namun bagaimanapun juga, stereotipe tidak boleh membutakan manusia dalam melihat perbedaan-perbedaan individual yang ada, karena bila demikian bersifat maladaptif, tidak adil, dan berpotensial untuk menjadi sesuatu yang melecehkan.
2)      Ciri-ciri Stereotipe :

·         Stereotip didasarkan pada penafsiran yang dihasilkan atas dasar cara pandang dan latar belakang budaya. Stereotip juga dihasilkan dari komunikasi  dengan pihak-pihak lain.
·         Stereotip seringkali diasosiasikan dengan karakteristik yang bisa diidentifikasi.
·         Stereotip merupakan generalisasi dari kelompok kepada orang-orang di dalam kelompok tersebut.
3)      Jenis-jenis Sterotipe :
            Menurut Baron & Byrne (1977) stereotipe banyak dikenakan kepada kelompok ras, etnis, ataupun agama. Warnaen (1979) mengelompokan setidaknya 2 macam stereotipe :
a.       Stereotipe peranan yaitu kepercayaan yang bertahun dan mengkonsepsi tentang orang-orang yang mempunyai peranan tertentu, misalnya stereotipe polisi dan lain-lain.
b.      Stereotipe etnis yaitu kepercayaan yang bertahan dan mengkonsepsi tentang orang-orang dari golongan etnis tertentu.
4)      Dimensi Stereotipe
Dalam konteks Komunikasi Antar Budaya, stereotip juga bervariasi dalam beberapa dimensi,antara lain :
1.                  Dimensi arah: tanggapan bersifat positif atau negatif;
2.                  Dimensi intensitas: seberapa jauh seseorang percaya pada stereotip yang dipercayai;
3.                  Dimensi keakuratan: seberapa tepat suatu stereotip dengan kenyataan yang biasa
ditemui;
4. Dimensi isi: sifat-sifat khusus yang diterapkan pada kelompok tertentu.

2.      Prasangka
Prasangka adalah sikap yang negatif terhadap kelompok tertentu atau seseorang, semata-mata karena keanggotaanya dalam kelompok tertentu (Baron & Byrne,1994). Prasangka ini menurut sebagian penulis timbul karena penilaian yang tidak berdasar (unjustified) dan pengambilan sikap sebelum menilai dengan cermat, sehingga terjadi penyimpangan pandangan (bias) dari kenyataan yang sesungguhnya. Prasangka adalah problem psikologi sosial karena yang utama dari sikap ini adalah dampaknya pada hubungan antar pribadi atau antarkelompok (Brown,1995). Dampak yang negatif ini timbul karena adanya stereotipe (sifat-sifat yang khas yang seakan-akan menempel pada kelompok) yang diberikan kepada kelompok. Sesuai dengan prinsip heuristics, stereotip ini bermanfaat untuk mengefisienkan proses di dalam kognisi seseorang, shingga ia tidak perlu lagi berpikir terlalu sulit dan lama sebelum bereaksi terhadap orang lain atau kelompok lain.
Dari psikologi kognitif, stereotip ini timbul karena manusia membentuk skema atau kategori dalam kognisinya dan sekali skema itu terbentuk, orang cenderung hanya menerima informasi yang sesuai dengan skema itu (O’Sullivan & Durso,1984) dan menolak yang tidak sesuai ( Evans & Tayler,1986).

Ø  Ciri – ciri Prasangka :
Ciri-ciri prasangka sosial menurut Brigham (1991) dapat dilihat dari :
1.      kecenderungan individu untuk membuat kategori sosial (social categorization).
2.      Kategori sosial adalah kecenderungan untuk membagi dunia sosial menjadi dua kelompok, yaitu “kelompok kita” (in group) dan “kelompok mereka” (out group).

Ø  Faktor yang Menyebabkan Prasangka
Prasangka disebabkan oleh beberapa faktor, yang menurut Johnson (1986) disebabkan oleh empat hal, antara lain:
·                     Gambaran perbedaan antar kelompok.
·                     Nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh kelompok mayoritas menguasai kelompok minoritas.
·                     Stereotip antarkelompok.
·                     Kelompok yang merasa superior sehingga merasa kelompok lain inferior

Ø  Sumber – sumber Penyebab  Prasangka :
Menurut  Alo Liweri (2005) sumber penyebab prasangka secara umum dapat dilihat berdasarkan tiga pandangan, yaitu :
1)      Prasangka Sosial :
§  Ketidaksetaraan sosial, ketidaksetaraan sosial ini dapat berasal dari ketidaksetaraan status dan prasangka merupakan kesenjangan atau perbedaan yang mengiring ke arah prasangka negative.
§  Identitas Sosial merupakan bagian untuk menjawab siapa aku? Yang dapat dijawab bila kita memiliki keanggotan dalam sebuah kelompok.
§  Konformitas, menurut penelitian bahwa orang yang melakukan konformitas memiliki tingkat prasangka yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak ada berkonformitas.
2)      Prasangka secara emosional :
§  Frustasi dan Agresi rasa sakit sering membangkitkan pertikaian
§  Kepribadian yang dinamis status
§  Kepribadian otoriter
3)      Prasangka kognitif :
Sumber prasangka kognitif dapat dilihat dari kategorisasi merupakan salah satu cara untuk menyederhanakan lingkungan kita, yaitu dengan mengelompokan objek berdasarkan kategorinya.Biasanya individu di kategorikan berdasarkan jenis kelamin dan etnik.

Ø  Komponen Prasangka :
·         Afeksi :            terwujud pada perasaan tidak suka terhadap objek prasangka.
·         Kognisi : terwujud pada penilaian yg negatif terhadap objek prasangka .
·         Perilaku : terwujud pada predisposisi untuk bereaksi atau berperilaku            negatif terhadap objek prasangka.

Ø  Bentuk – bentuk Prasangka :
a)      Antikolisis :berupa gossip/humor yang dimaksudkan untuk mengejek atau menyindir orang-orang yang menjadi objek prasangka.
b)      Avoidance : jika prasangka lebih intens maka individu yang berprasangka akan menghindari objek prasangka.
c)      Diskriminasi : individu yang berprasangka membuat perbedaan yang tegas dalam memperlakukan kelompok-kelompok orang yang disukainya dan orang-orang yang tidak disukainya dalam komunitas tertentu.
d)      Serangan fisik  : dalam kondisi emosi yang sangat tinggi orang-orang yang memiliki prasangka bisa melakukan serangan atau kekerasan fisik baik langsung maupun tidak langsung.

Cara mengurangi Prasangka :
§  Peneliti menempatkan dua kubu yang bersaing dalam suatu keadaan yang membuat mereka saling tergantung satu sama lain (mutual interdependence) untuk mencapai tujuan tertentu .
§  Ketika status individu berbeda, interaksi atau kontak dapat berujung pada pola stereotype yang ada, seperti ketika bos berbicara pada pegawainya, maka sang bos akan berperilaku sesuai stereotip umum mengenai bos. Pada intinya, kontak seharusnya membuat orang belajar bahwa stereotype (khususnya stereotype negatif) mereka salah. Dengan kesetaraan status antar individu. tidak ada yang lebih berkuasa dibandingkan siapapun, dan prejudice pun dapat tereduksi (berkurang).
§  Menempatkan dua kelompok yang berbeda dalam satu ruangan tidak dapat dengan mudah mengurangi prejudice karena masing-masing individu akan tetap terfokus pada kelompoknya. Individu dapat lebih mengenal dan memahami individu lainnya jika berada dalam keadaan one-to-one basis, dimana interaksi yang dilakukan lebih bersifat interpersonal. Melalui interaksi bersahabat dan informal dengan beberapa anggota out-group, individu dapat lebih memahami bahwa stereotip yang dipercayainya ternyata salah.

3.      Diskriminasi
Beberapa pengertian dari Diskriminasi :
O     Diskriminasi merupakan perilaku negatif yang tidak pada tempatnya kepada suatu kelompok dan anggota kelompoknya (Myers, 2012).
O     Diskriminasi adalah komponen behavioral dari antagonism kelompok.
O     Diskriminasi menurut Sears, Freedman & Peplau (1999) adalah perilaku  menerima atau menolak seseorang semata-mata berdasarkan  keanggotaannya dalam kelompok.
O     Amanda G. (2009) juga mengemukakan definisi diskriminasi sebagai sebuah tindakan nyata oleh mereka yang memiliki sikap prasangka sangat kuat akibat tekanan tertentu, atau tindakan yang berbeda dan kurang  bersahabat dari kelompok dominan atau para anggotanya terhadap  anggota kelompok subordinasinya
Bentuk- bentuk Dikriminasi,yaitu :
·         Rasisme
·         Seksisme
·         Diskriminasi langsungàterjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
·         Diskriminasi tidak langsungà terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan




PEMBAHASAN
            Dari  pengalaman saya waktu SMP saya merasakan bahwa saya telah melakukan tindakan yang berhubungan dengan stereotip, prasangka, dan diskriminasi. Dimana karena genk tersebut berdandan saya mengambil kesimpulan bahwa mereka adalah cewek yang tidak benar dan berantakan di keluarganya.. Dan tidak sampai disitu saja saya mengejek-mengejek mereka kepada teman-teman saya. Dan membuat teman-teman saya juga membenci mereka. Kebencian saya semakin besar kepada mereka sehingga saya tidak pernah berbicara kepada mereka dan selalu menunjukkan wajah sinis kepada mereka. Begitupun dengan teman-teman saya. Saya dan teman-teman saya tidak pernah berbicara dan tempat duduk kami pun kami jauhkan dari genk cewek tersebut. Sehingga saya telah melakukan tindakan yang buruk dari stereotip saya tersebut.














KESIMPULAN
            Stereotipe yang kita tujukan kepada orang lain jangan berlebihan karena akan berdampak pada sikap dan tingkah laku kita terhadap kelompok tersebut. Seperti pengalaman saya tersebut stereotip yang saya tujukan kepada genk cewek tersebut yang terlalu berlebihan sampai saya bawa pada sikap dan tingkah laku saya. Hal itu dapat terjadi karena stereotip negative yang terlalu berlebihan yang dapat berpengaruh pada sikap dan tingkah laku kita. Jadi dapat disimpulkan bahwa stereotip dapat mempengaruhi tingkah laku kita dan dapat disimpulkan bahwa stereotip, prasangka, dan diskriminasi itu saling berhubungan.

















REFERENSI

Sarwono,Sarlito Wirawan.1997. Psikologi Sosial.Jakarta : PT Balai Pustaka (Persero).
Gerungan,W A.1988.Psikologi Sosial.Bandung : PT Eresco.
Baron,Roberto A dan  Donn Byrne.2004.Psikologi Sosial Jld 1.Jakarta : Erlangga.