A. INTERVIEW KELOMPOK : FGD (Focus
Group Discussion)
1. Pengertian Focus Group Discussion
(FGD)
FGD
atau Focus Group Discussion jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti
Diskusi Kelompok Terarah. FGD biasa juga disebut sebagai metode dan teknik dalam mengumpulkan
data kualitiatif di mana sekelompok orang berdiskusi tentang suatu fokus
masalah atau topic tertentu yang dipandu oleh seorang moderator.
Awalnya
FGD merupakan metode dan teknik pengumpulan data yang dikembangkan dalam bidang
pemasaran. FGD pada awalnya digunakan untuk mengetahui citra produk, desain
produk, dan sebagainya.Dalam perkembangannya FGD mulai dikembangkan dalam
bidang kedokteran dan ilmu-ilmu sosial.
2. Karakteristik Focus Group
Discussion (FGD)
Karakteristik atau ciri- ciri yang
dimiliki oleh FGD, antara lain :
a. FGD
diikuti oleh para peserta yang idealnya terdiri dari 7-11 orang, hal ini
ditujukan agar setiap individu mendapatkan kesempatan untuk mengeluarkan
pendapatnya. Peserta FGD lebih baik berjumlah ganjil karena jika dalam FGD sewaktu-
waktu harus mengambil keputusan secara voting dapat mempermudah perhitungan.
b. Peserta
FGD terdiri dari orang-orang yang memiliki ciri-ciri homogen. Kesamaan
ciri-ciri inti seperti persamaan gender tingkat pendidikan atau persamaan
status lainya.
c. FGD
memiliki tujuan untuk menggali dan memperoleh beragam informasi tentang masalah
atau topik tertentu.
d. Metode
FGD biasanya digunakan untuk pertanyaan terbuka yang memungkinkan peserta
memberikan jawaban dengan penjelasan-penjelasan.
e. Topik
dalam FGD ditentukan terlebih dahulu oleh fasilitator. ?
f. Waktu
yang dibutuhkan untuk FGD berkisar antara 60-90 menit.
g. FGD
dilakukan tidak hanya satu kali, biasanya tergantung kebutuhan dilaksanakannya
FGD. ?
h. FGD
sebaiknya dilaksanakan di ruang netral disesuaikan dengan pertimbangan bahwa
peserta dapat secara bebas mengeluarkan pendapatnya. ?
3. Kegunaan Focus Group Discussion (FGD)
Berikut merupakan beberapa kegunaan atau
manfaat dari FGD/ Diskusi Kelompok Terarah, yaitu:
a. Untuk
merancang kuesioner survey.
b. Untuk
menggali informasi yang mendalam mengenai pengetahuan, sikap, dan presepsi. ?
c. Untuk
mengembangkan hipotesa penelitian. ?
d. Untuk
mengumpulkan data kualitatif dalam studi proses-proses penjajagan, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauaan, dan evaluasi pembangunan. ?
4. Pelaksanaan Focus Group Discussion
(FGD)
Ada beberapa tahapan atau langkah untuk
melaksanakan FGD/ Diskusi Kelompok Terarah ini, yaitu sebagai berikut :
a. Persiapan
sebelum kegiatan FGD
·
Tim fasilitator harus datang tepat
waktu. Fasilitator sebaiknya memulai komunikasi secara informal dengan peserta.
·
Tim fasilitator harus mempersiapkan
ruangan sedemikian rupa dengan tujuan agar peserta dapat berpartisipasi secara
optimal.
b. Pembukaan
FGD
·
Moderator hendaknya memulai dengan
sambutan dan perkenalan.
·
Moderator menjelaskan tujuan diadakanya
FGD.
·
Perkenalkan diri (nama masing-masing
fasilitator dan peranannya masing-masing).
·
Jelaskan prosedur pertemuan.
·
Jelaskan bahwa pertemuan tidak ditujukan
untuk mendengarkan ceramah fasilitator. Tekankan bahwa peserta harus
mengeluarkan pendapat.
·
Mulai pertemuan dengan mengajukan
pertanyaan yang tidak besangkutan dengan topik diskusi. Baru kemuduian memandu
pertanyaan dengan menggunakan acuan panduan yang sudah disediakan.
c. Penutupan
FGD
·
Untuk menutup pertemuan FGD , jelaskan
bahwa topic FGD akan segera selesai dan pemandu memberi kesimpulan mengenai
hasil FGD. ?
·
Menjelang pertemuan benar-benar ditutup,
sampaikan ucapan terima kasih pada peserta.
B.
THE
COUNSELING INTERVIEW
Wawancara
konseling bisa terbilang merupakan wawancara yang paling sensitive, karena
melibatkan seseorang yang tidak bisa menangani masalahnya sendiri, atau ketika
konselor memutuskan untuk membantu. Masalah yang diceritakan dalam wawancara
konseling ini juga bersifat personal, seperti hal finansial, intimasi,
stabilitas emosi, kesehatan, penggunaan obat-obatan/alkohol, pernikahan, moral,
hasil kerja, dsb. ? Wawancara konseling
sudah mencapai tahap tertinggi dari kepercayaan dan keterbukaan, jika si
interviewee mengerti masalahnya dan mencari tahu bagaimana menyelesaikan
masalah tersebut.
6
tahap proses konselor dalam membantu interviewee mengerti dan menyelesaikan
masalah mereka:
1. Mempersiapkan
wawancara konseling
2. Membuat
struktur wawancara
3. Membuat
suasana dan intonasi yang benar/pantas
4. Memimpin
wawancara
5. Menutup
wawancara
6. Evaluasi
wawancara
1.
Mempersiapkan
Wawancara Konseling
·
Menganalisis diri
(konselor/interviewer)
Pertama, nilai karakteristik
personalmu untuk memulai analisis diri. Jadilah orang dengan pikiran terbuka,
optimis, serius, relaks, dan sabar. Jangan argumentative atau defensif ketika
tidak dibutuhkan. Studi menunjukkan bahwa konselor mempunyai kredibilitas yang
tinggi dengan kliennya jika mereka membagikan kepercayaan mereka dalam
menanggapi masalah si klien.
Sebagai konselor/interviewer,
jangan mendominasi interaksi interpersonal, harus memiliki keinginan yang tulus
untuk membantu interviewee. You must be
people-oriented, rather than problem-oriented. ?
Interviewer harus imajinatif, bisa
menganalisis, dan teratur. Bisa belajar cepat dan mengulang informasi dengan
benar dan komplit. Bisa berkomunikasi dengan menjadi pendengar yang baik (untuk
menegrti, empati, mengevaluasi, dan memberi resolusi), dan berkemampuan dalam
berkomunikasi verbal maupun nonverbal. Bisa nyaman dengan orang yang mengakui/
menceritakan masalah mereka yang memalukan dan sangat personal.
Jangan mencoba menangani situasi
konseling jika kamu belum berpengalaman atau belum mengikuti pelatihan. Siapkan
dirimu untuk menjadi interviewer dengan membaca dan mengambil kursus dan
seminar tentang konseling.
·
Menganalisis orang lain:
interviewee
Review hal-hal yang kamu tahu
tentang si interviewee: etnis, pendidikan, pengalaman kerja, penghargaan
akadamik, latar belakang keluarga, anggota kelompok apa, kesehatan fisik dan
sejarah psikologisnya, hasil tes, sesi konseling sebelumnya, dan informasi
tentang masalah-masalah di masa lampau dan solusinya. Berbicara dengan
orang-orang lain tentang si interviewee.
Bagaimanapun, ketika kamu tahu
informasi-informasi tentang interviewee, itu bisa saja memengaruhi sikapmu
kepada si interviewee tersebut. Tetap cari informasi dan mempunyai banyak
informasi, dan tetap mempunyai pikiran yang terbuka. (be informed, but keep an open mind).
Jika kamu tahu apa prioritas dari
interviewee tersebut, maka kamu akan mempunyai cara yang lebih baik untuk
mengantisipasi dan merespon secara efektif terhadap pertanyaan-pertanyaan dan
komentar dari si interviewee.
·
Menetapkan Pendekatan Wawancara
a. Directive Approach
(Pendekatan Langsung)
Pada
pendekatan direktif ini, pewawancara (interviewer)
mengatur susunan wawancara, pokok pembahasan, laju interaksi, dan waktu
wawancara. Pewawancara (interviewer)
mengumpulkan dan memberikan informasi, menjelaskan suatu masalah, memberikan
saran dan solusi yang evaluative, serta memberi arahan untuk melakukan
tindakan. Singkatnya, pewawancara yang menggunakan metode ini, memberikan
arahan untuk melakukan tindakan (intervensi)
seperti seorang konsultan yang sudah ahli. Orang yang diwawancarai (interviewee) juga terlibat dalam
interaksi, tidak hanya sebagai tokoh yang hanya menerima masukan saja.
Pendekatan secara langsung ini, berdasar pada asumsi bahwa pewawancara lebih
mengetahui mengenai permasalah yang terjadi daripada interviewee. Dengan asumsi seperti ini, pewawancara dapat lebih
mudah untuk menganalisa permasalahan yang dialami klien dan dapat
merekomendasikan solusi.
b. Nondirective Approach
(Pendekatan Tidak Langsung)
Pada
pendekatan secara tidak langusung ini, orang yang diwawancarai (interviewee) yang mengatur susunan
wawancara, menentukan topic yang akan dibahas, kapan dan bagaimana wawancara
akan berlangsung, dan panjang atau tidaknya waktu wawancara. Pewawancara (interviewer) berperan pasif dan sebagai
pembantu, bukan sebagai seorang penasihat yang ahli. Pewawancara (interviewer) membantu interviewee untuk mengumpulkan
informasi, memperluas sudut pandang, menjelaskan masalah, memberikan solusi,
dan membuat keputusan yang tepat. Pewawancara (interviewer) mendengarkan, mengamati, dan memberi saran namun
bersifat tidak memaksa. Pendekatan secara tidak langsung, berdasar pada asumsi
bahwa interviewee lebih mampu
daripada pewawancara (interviewer)
dalam menjelaskan masalah, memberi solusi, dalam membuat keputusan yang tepat. Interviewee harus mengimplementasikan
rekomendasi dan solusi tersebut. Keakuratan asumsi ini sama pada pendekatan
langsung, yaitu tergantung pada pewawancara, interviewee, dan situasi. ?
Masalah
yang ada pada interviewee bukan
karena kurangnya informasi atau kesalahan informasi namun, karena
ketidakmampuan interviewee untuk
memvisualisasikan sebuah masalah atau dalam membuat keputusan. Sebagai
pewawancara, harus bersikap objektif, dan netral, memperlihatkan pro dan kontra
terhadap suatu masalah.
c.
Combination
Approach (Pendekatan Kombinasi)
Pada
beberapa wawancara dalam konseling, penting juga sewaktu- waktu menggunakan
kombinasi antara pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Sebagai
permulaan untuk melakukan wawancara baik untuk menggunakan pendekatan secara
tidak langsung untuk mendorong responden mengungkapkan masalahnya. Kemudian
dapat diganti dengan pendekatan secara langsung dalam memberikan solusi dan apa
yang haru dilakukan. Pendekatan secara langsung baik digunakan untuk
mengumpulkan fakta, memberikan informasi, dan melakukan diagnose, sedangkan
pendekatan tidak langsung dilakukan agar responden mau terbuka, dan memberikan
informasi. Kesulitan dalam melakukan pendekatan kombinasi ini yaitu, bagaimana
menentukan pendekatan mana yang sesuai dengan situasi yang sedang terjadi.
2.
Struktur
Wawancara
Tidak
ada ketentuan khusus dalam struktur
wawancara, namun ada situasi- situasi dimana dapat dikelompokkan untuk
menentukan kapan harus menggunakan pendekatan secara langsung maupun tidak
langsung. Berikut fase dari wawancara konseling :
Afektif
|
Kognitif
|
Fase 1. Menetapkan suasana yang
mendukung
a.
Kontak langsung
b.
Menetapkan peraturan
c.
Mengembangkan relasi
|
Fase 2. Penilaian masalah
a.
Menerima informasi
b.
Menggali informasi
c.
Mengemukakan informasi
d.
Menanyakan informasi
|
Fase 3. Integrasi yang mempengaruhi ?
a.
Menerima perasaan
b.
Berani mengungkapkan perasaan
c.
Menggambarkan perasaan
d.
Menanyakan keadaan
e.
Menghubungkan perasaan dengan
konsekuensi
|
Fase 4. Pemecahan masalah
a.
Menjelaskan informasi
b.
Membuat alternative
c.
Membuat keputusan
d.
Mengemukakan cara
|
Fase afektif atau yang
melibatkan perasaan atau kondisi emosi,
yakni kepercayaan interviewee kepada
interviewer, pendekatan secara tidak
langsung biasanya sesuai untuk fase ini. Fase kognitif, yang melibatkan apa
permasalahan yang terjadi dan apa yang harus dilakukan, pendekatan secara
langsung atau pendekatan kombinasi biasanya sesuai pada fase ini.
3.
Menciptakan
Suasana dan Menggunakan Intonasi yang Sesuai
Menciptakan
suasana dan menggunakan intonasi yang sesuai saat melakukan konseling dapat
mempengaruhi tingkat komunikasi, untuk interviewee
dapat lebih terbuka untuk memberikan informasi.
a.
The
Setting
Menciptakan
suasana yang kondusif, agar konseling berjalan baik seperti suasana yang
tenang, nyaman, lokasi pribadi, bebas gangguan. Apabila memungkinkan, atur
posisi duduk sehingga pewawancara (interviewer)
dan interviewee mudah untuk
berkomunikasi dengan bebas. Penelitian mengungkapkan bahwa situasi adalah hal
yang penting untuk menentukan kedekatan. Jarak antara interviewer dan interviewee
dikondisikan tidak terlalu dekat maupun jauhyakni 3,5 kaki. Pewawancara berada
di belakang meja membuat interviewee merasa
tidak nyaman dan terganggu, karena interviewer
seperti yang berkuasa. Lebih baik, posisi duduk berada saling berhadapan tanpa
ada penghalang sehingga juga tidak ada anggapan ada yang lebih berkuasa.
b.
The
Opening (Pembukaan)
Menit pertama dalam sesi konsultasi adalah mengatur pembicaraan
untuk mengingatkan. Menyapa responden
dengan sikap bersahabat dan tulus. Tunjukkan bahwa anda ingin ikut serta
untuk membantu. Jangan merendahkan atau
mengatur. Hilangkan rasa frustasi atau
pun kejengkelan. Terima orang yang anda wawancara sebagai dirinya dan coba
untuk mengerti dunia klien. Jangan coba
menebak – nebak alasan responden membuat janji atau berkunjung. Hindari kecanggungan dan semua reaksi yang
terlalu umum dalam interaksi dengan
anggota keluarga, anak, teman, dan asosiasi.
Wawancara konsultasi mungkn memerlukan
waktu panjang untuk pengenalan dan
membangun hubungan kerja. Ini merupakan
sejarah hubungan yang mungkin positif atau negatif karena kedua belah pihak
memonitor interaksi sebelumnya dan memasuki perubahan dengan ekspetasi tinggi atau rendah.
Wawancara konsultasi lebih sering menakutkan daripada interaksi lainnya. ? Dalam
sebuah tahap kestabilan, saat anda
membangun perasaan baik dengan responden adalah kesempatan menunjukkan
perhatian, ketertarikan, keadilan, keinginan untuk mendengar dan kemampuan
untuk memelihara percaya diri. Ketika kestabilan dan orientasi lengkap, biarkan
responden memulai dengan hal yang terlihat untuk menjadi sesuatu yang menarik
atau perhatian. ? Ini merupakan langkah awal ke depan yang tepat untuk menjelaskan lingkungan dari asal masalah yang dihadapi responden
atau mengatasi masalah.
Pengungkapan kepercayaan, sikap,
perhatian, dan perasaan menentukan kesuksesan wawancara konsultasi dan faktor utama dalam keputusan responden untuk
mencari atau tidak mencari bantuan. Suasana
kondusif untuk pengungkapan dimulai sejak menit –menit pembukaan dari interaksi
. Selama tahap awal ini, fokus perhatian terletak pada kekuatan ? daripada
kelemahan dan kegagalan dan pada hal yang lebih membutuhkan perhatian. Pendekatan
ini meningkatkan keahlian dan perasaan yang terlindungi untuk
pengungkapan kepercayaan, sikap, dan perasaan dengan responden.
Jika melakukan sesi konsultasi, nyatakan
secara jelas dan jujur hal yang ingin dibicarakan. Jika terdapat jumlah waktu yang khusus dialokasikan untuk wawancara buat hal ini
dimengerti. Responden akan lebih mudah mengetahui berapa lama waktu yang tersedia. Kulaitas adalah hal yang
penting daripada jumlah waktu yang dihabiskan dengan responden . Pakaian dan
peran perilaku yang signifikan memengaruhi persepsi responden atau sikap
atraktif dan tingkat daari keahlian dan
menentukan seberapa dekat orang ter sebut akan tertarik kepada anda dan tingkat
pengungkapan dirinya. ?
Walaupun akan memainkan banyak peran
dalam setiap wawancara konsultasi ada empat dominasi. ?
4. Memimpin Wawancara
a. Mendengarkan
Mendengarkan adalah keahlian yang sangat
penting untuk dikuasai. Seorang pewawancara harus fokus terhadap masalah interviewee. Hindari mendengarkan dengan
evaluasi yang menilai dan mungkn mengkritisi. Untuk mengatasi sumber
permasalahan anda harus memerikan perhatian penuh terhadap perkataan narasumber
dan implikasi mereka serta hal yang secara sengaja atau tidak sengaja untuk
tidak disebutkan. Bersikaplah tulus, tertarik dalam mendengarkan perkataan interviewee.
Jangan mengambil alih percakapan.
Hati-hati dengan penyisipan pendapat pribadi, pengalaman, atau masalah. Jika interviewee bicara pada beberapa waktu
jangan bicara untuk mengisi kekosongan. Gunakan kehampaan dengan memberanikan interviewee untuk melanjutkan
pembicaraannya. Rebecca Leonar menyarankan beberapa perilaku non verbal
mengkomunikasikan keinginan untuk mendengarkan.
b. Observasi
?
Observasi ini menyediakan petunjuk
tentang kseriusan masalah dan pikiran interviewee.
Jawaban menipu mungkin lebih lama, lebih ragu-ragu, dan terkarakterisasi dengan
rehat yang lama. Jika anda akan mencatat
atau merekam wawancara, jelaskan alasannya dan berhenti jika anda
mendeteksi aktivitas tersebut merugikan.
c. Pertanyaan
Pertanyaan memainkan peran penting dalam
wawancara konsultasi, akan tetapi pertanyaan yang banyak merupakan kesalahan
utama. Pertanyaan terbuka memberanikan interviewee
untuk mengatakan dan mengekspresikan emosi. Keduanya sangat penting untuk
membangun keberanian, merefleksi, dan menanyakan tentang pertanyaan responden.
? Ajukan pertanyaan pada satu waktu karena pertanyaan berlaras dua menghasilkan
jawaban ambigu.
d. Merespons
Merespons pertanyaan yang sesuai
pertanyaan sulit, merespon pertanyaan tergantung dari individu. Ada 4 jenis
reaksi dalam merespons pertanyaan
1.
Reaksi sangat tidak langsung dan
responnya
Reaksi sangat
tidak langsung dan respons mendorong interviewee
untuk melanjutkan komentar, menganalisis ide dan solusi, dan mandiri. Tetap
diam untuk memberanikan interviewee
melanjutkan atau menjawab pertanyaan mereka.
2.
Reaksi tidak langsung dan responnya
Reaksi tidak
langsung dan responnya menginformasikan dan memberanikan dengan tidak adanya
pengenaan. Jadilah orang yang memberi informasi dibandingkan menjadi seorang
yang membujuk.
3.
Reaksi langsung dan responnya.
Reaksi langsung
dan responnya bergerak melebihi keberanian dan informasi tentang evaluasi atau
penilaian. Respon langsung menyarankan dan mengevaluasi.
4.
Reaksi sangat langsung dan responnya
Reaksi sangat
langsung dan responnya digunakan pada setiap keadaan khusus. Saran dan nasihat
ringan digantikan dengan saran dan nasihat yang kuat. ? Dalam reaksi sangat langsung jadilah orang
yang membantu, perubahan harus dating dari responden.
5.
Menutup
Wawancara
Menutup
wawancara merupakan hal vital untuk kesuksesan semua interaksi. Ada beberapa
panduan untuk menutup wawancara konseling. Praktisnya, interviewer dan
interviewee harus tahu kapan waktu yang tepat untuk menutup wawancara tersebut.
Jangan memulai topic ketika wawancara sudah hampir mencapai pada tahap akhir.
Bersikaplah dengan baik, tulus, dan jujur ketika ingin menutup wawancara.
6.
Evaluasi
Wawancara
Berpikirlah
secara kritis dan hati-hati tentang wawancra konseling yang Anda lakukan. Hanya
dengan analisis yang baik Anda dapat meningkatkan bantuan. Jadilah realistis
karena tidak ada jaminan untuk menyelesaikan wawancara konseling tersebut.
Setidaknya ada masalah serius dan mungkin tidak diketahui. Biasanya pria sangat
susah untuk mengekspresikan perasaan dan emosi. Ingatlah bila persepsimu
tentang bagaimana wawancara berlangsung dan bagaimana interviewee bereaksi
mungkin bisa melebih-lebihkan atau melakukan kesalahan. Anda akan terkejut
untuk kesuksesan Anda dan kegagalan anda dalam mencoba untuk menolong orang
lain.
C.
KESIMPULAN
Saat
wawancara konseling bila Anda mencoba menolong seseorang mendapatkan
pengetahuan dalam fisik, mental, emosi, atau masalah sosial dan menemukan jalan
keluarnya. Wawancara konseling bisa jadi sangat sensitif karena biasanya tidak
akan terjadi sampai seseorang merasa tidak mampu untuk menangani masalah atau
konselor memutuskan membantu memberikan bantuan. Persiapan membantumu untuk
menentukan bagaimana cara mendengar, bertanya, menjelaskan, menjawab, dan
berhubungan dengan interviewee . tidak ada wawancara yang identik. Demikian,
banyak sugesti tapi beberapa peraturan mampu untuk memilih wawancara, tipe
respon, pertanyaan, dan struktur.
DAFTAR
PUSTAKA
Stewart, Charles. J., & William B.
Cash, Jr. (2012). Interviu prinsip dan
praktik edisi 13. Jakarta: Salemba Humanika
Indrizal, Edi.( tth). Jurnal Psikologi :
Diskusi Kelompok Terarah Fokus Group
Discussion (Prinsip-prinsip dan Langkah Pelaksanaan Lapangan). Padang :
Universitas Andalas